Rabu, 30 November 2011

Putri Sedepa


PUTRI SEDEPA
(Asal Usul Batu menangis di Suban Air Panas)
Oleh : Ardesi Yulianita, M.Pd.


            Pada masa pemerintahan Kutei Rejang sangat berjaya, hiduplah seorang putri yang cantik jelita, Putri Sedepa namanya. Keelokkan parasnya sudah terkenal di seluruh kutei di daerah Rejang Pat Petulai hingga ke kerajaan Sungai Serut di pesisir. Konon, Putri Sedepa memiliki rambut yang sangat panjang, hingga menutupi mata kakinya. Putri Sedepa juga dianugerahi kesaktian yang sangat hebat, salah satunya adalah kemampuan Putri Sedepa untuk pergi kemanapun hanya dengan melangkahkan kakinya satu kali. Sayang sekali, Putri Sedepa memiliki kegemaran bermain di air (sungai), jika ia sudah asyik bermain di air, maka ia tak akan ingat waktu.
            Suatu hari, Putri Sedepa sedang asyik melamun sambil memandang langit. Tiba-tiba...muncul dalam pikirannya untuk bertandang ke kerajaan Kahyangan.
“Dewa yang Agung perkenankan hambamu untuk bermain di alam kahyangan!” pinta Putri Sedepa sambil melangkahkan kakinya satu kali. Berkat kesaktiannya, tibalah Putri Sedepa di kerajaan Kahyangan yang terkenal akan keindahan alam dan pesona makhluknya. “Wah....Indahnya, betapa Agungnya Engkau wahai Dewa yang perkasa!” gumam putri Sedepa mengagumi keindahan alam yang terbentang di hadapannya. Pohon-pohon yang terus berwarna hijau sepanjang tahun, tak satupun daun terlihat rontok dari tangkainya. Bunga-bunga beraneka bentuk dan warna, dan selalu menebarkan wangi yang mampu membuat manusia manapun mabuk kepayang. Oh...apa itu? Sungai-sungai yang memancarkan kejernihan air yang tak terkira, bagaikan intan permata yang dilelehkan, begitu bening!. Putri Sedepa berlari dengan penuh semangat menuju kilauan air tersebut. Begitu sampai di tepi sungai, kembali ia terpukau. Belum pernah ia melihat sungai yang begitu jernihnya. Putri Sedepa tak menyia-nyiakan kesempatan untuk bermain sepuas-puasnya.
            Ia bermain, bermain, dan terus bermain. Hingga tanpa terasa waktu telah di ambang pentang. Tiba-tiba terdengar suara bijak yang menggelegar, “Wahai anak manusia, sudah tiba saatnya kau pulang ke dunia!”
Mendengar titah tersebut, Putri Sedepa merasa sedih, “Oh...Dewa yang agung, perkenankan hamba untuk berada di sini sebentar lagi!”
“Putri Sedepa, tidak sepatutnya kau memohon seperti itu, lihatlah warna jingga senja sudah berganti dengan pekatnya malam!”
“Oh....Dewa yang Agung, kalau begitu perkenankan hamba untuk bisa datang kembali esok hari!” pinta Putri Sedepa.
Tak terdengar suara apa pun, hening!
“Dewa yang Agung, hamba mohon!” pintanya sekali lagi.
“Baiklah…kuperkenankan engkau untuk datang kembali!”
“Terima kasih...Dewa yang Agung, Terima kasih!”
Putri Sedepa pun pulang ke bumi dengan perasaan yang sangat riang. Keesokan harinya, ia kembali ke kahyangan, begitu terus setiap hari, berulang-ulang.
            Memasuki hari ke tujuh, terjadilah kegemparan yang meresahkan dunia langit dan dunia bumi. Tiga orang sakti yang terkenal dengan sebutan Trisakti, dipanggil ke langit untuk menghadap Sang Dewa Agung. Setiba mereka di kerajaan langit, mereka langsung menuju balairung istana.
“Wahai, Dewa yang Agung…apakah gerangan Paduka memanggil patik bertiga?” Tanya salah satu dari mereka.
“ Ki Gonjong, Ki Pitak, Ki Bulet, kalian kuminta menghadap karena ada suatu keresahan yang akan menimpa dunia manusia dan dunia para dewata!”
“Apakah itu, wahai Paduka?” Sahut Ki Gonjong.
“Tahukah kalian, dalam tujuh hari ini, Putri Sedepa dari dunia manusia telah memanfaatkan kesaktiannya untuk pergi dan bermain di sungai para dewata. Bagiku itu tak masalah. Namun, tanpa sepengetahuanku, salah satu putra kesayanganku, Pangeran sakti telah lama memperhatikan keasyikan Putri Sedepa dan Ia pun jatuh cinta! inilah yang menjadi persoalan besar, tak akan mungkin seorang putra dewata menikah dengan seorang putri manusia!”
“Dewa yang Agung, maafkan hamba yang telah lancang bertanya! Apakah Putri kami membalas perasaan ananda Paduka?” Tanya Ki Pitak, sambil menangkupkan kedua belah telapak tangan di depan dada.
“ Haa....itulah yang terjadi, kini mereka tengah berasyik masyuk di tepi sungai nirwana!”
            Ki Gonjong, Ki Pitak, dan Ki Bulet merasa malu mendengar Putri asuhan mereka yang tak tahu diri, seenaknya keluar masuk kahyangan dengan memanfaatkan kesaktian yang dianugerahkan padanya. Akhirnya ketiga orang sakti tersebut berinisiatif menemui Putri Sedepa di balainya.
“Wahai Paman bertiga, angin apakah yang membawa paman singgah ke gubukku ini?” sambut Putri Sedepa dengan takzimnya.
“Duhai, Anakku sayang, Paman ingin bertanya apakah kau benar-benar mencintai Pangeran Sakti?” tanya Ki Bulet.
Putri Sedepa terdiam sejenak, lalu ia berkata,”Darimanakah paman mengetahui kabar itu?”
“Tak perlulah engkau tahu, darimana kami memperoleh kabar tersebut! Kami hanya ingin tahu apakah engkau mencintai Pangeran Sakti?” tanya Ki Pitak yang memang sangat dekat dengan sang Putri.
“Tentu Paman, apakah salah?” tanya Putri Sedepa.
Sambil menghela napas, Ki Gonjong berkata, “ Putri, ketahuilah, engkau kami rawat dan kami asuh bukan untuk mempermalukan kehormatan kami di depan mata Dewata Agung. Tahukah engkau, Pangeran sakti adalah anak keturunan dari kerajaan langit, tak mungkin ia akan sanggup di dunia manusia. Sebelum engkau kecewa, lebih baik kau pikirkan kembali tindakanmu!”
“Tapi Paman....Pangeran Sakti telah berjanji kepadaku untuk selalu bersama, ia akan rela melepaskan kedudukannya untuk hidup sebagai manusia!” sanggah Putri Sedepa.
“Putri...engkau telah lancang! Kita lihat saja apa yang akan menjadi keputusan Dewata Agung. Untuk kelancanganmu terhadap Dewata Agung, maka kami putuskan untuk mencabut semua kesaktianmu. Jika kau lapar, kau harus mencari sendiri makananmu, berlakulah seperti manusia biasa!” Tegas Ki Pitak, sambil berdiri berlalu dari hadapan Putri Sedepa. Seiring dengan kepergian Trisakti, suasana bumi menjadi kelam, angin menderu kencang. Putri Sedepa hanya bisa terdiam dan menerima semua keputusan paman-pamannya.
            Sementara itu, di kerajaan Langit perdebatan antara Dewata Agung dengan Pangeran Sakti pun tak kalah sengitnya.
“Ananda Pangeran Sakti, tolong kau pikirkan lagi pilihanmu itu! Dia hanya manusia biasa!” Pinta Dewata Agung kepada Pangeran Sakti.
“Dewata Agung, hamba tak main-main dengan perasaan hamba untuk Putri Sedepa. Hamba benar-benar mencintainya!” Jawab Pangeran Sakti dengan teguhnya.
“Pangeran, engkau adalah keturunan kerajaan langit, engkau tak layak berdampingan dengan dengan manusia!” Bujuk Dewata Agung lagi.
“Jika hamba tak layak berdampingan dengan manusia, kenapa Dewata menganugerahkan perasaan cinta di antara kami berdua? Hamba siap menerima setiap resikonya!” Tegas pangeran Sakti lagi.
“Baiklah...ketahuilah, jika kau masih berkehendak seperti itu, maka bersiap-siaplah untuk hidup di bumi. Kau harus bekerja keras untuk menghidupi anak istrimu. Jika kau ingin minum, kau harus mengambilnya dulu di sungai lalu memasaknya. Jika kau lapar kau harus mencarinya, memetik buah dari pohonnya, berburu hewan di tengah hutan, membangun rumah untuk berteduh! Satu hal lagi yang harus kau ketahui, kau benar-benar akan menjadi manusia tanpa kesaktian yang selama ini kau miliki!”
“Kau sanggup, Pangeran Sakti!” Tegas Dewata Agung.
“Hamba siap, Dewata Agung!” tegas Pangeran Sakti.
Keputusan Pangeran Sakti benar-benar membuat Dewata Agung geram, maka segera beliau putuskan untuk mengirim Pangeran Sakti ke bumi dan menikahkannya dengan Putri Sedepa.
******
            Tiga tahun berselang.
            Kehidupan Pangeran Sakti dengan Putri Sedepa berjalan layaknya kehidupan manusia pada umumnya. Pangeran Sakti membangun sebuah pondok di daerah yang sekarang dikenal dengan  sebutan Suban Air Panas. Di daerah itu juga Pangeran sakti membuka kebun untuk menghidupi keluarga kecilnya. Hingga pada suatu hari....
“Dinda, hari ini kanda akan membuka kebun di arah utara kebun kita yang dulu. Mungkin kanda tak sempat untuk pulang makan siang. Kanda harap, Dinda bersedia mengantarkan makan siang ke kebun kita!” pinta pangeran Sakti kepada istrinya.
“Tentu kanda, akan dinda siapkan makanan yang enak untuk makan siang kanda di sana!’
Maka, berangkatlah Pangeran Sakti tanpa membawa bekal sedikitpun, karena ia yakin istrinya akan membawakannya makanan dan minuman. Tak lama berselang, Putri Sedepa pun segera menyiapkan makan siang untuk suaminya. Ia menanak nasi, memasak gulai ikan mas dan lalap pucuk ubi. Tak lupa ia siapkan juga air minum yang sudah didinginkan sejak tadi malam. Kemudian, ia susun dengan rapi di dalam beronang. Menjelang tengah hari berangkatlah Putri Sedepa menuju kebun.
            Namun, ditengah perjalanan tiba-tiba saja, Putri Sedepa melihat aliran air yang jernih dan mengeluarkan asap. Ia menjadi begitu penasaran, dengan melepaskan beronang yang berisi makanan untuk suaminya, Putri Sedepa mencoba untuk menyentuh air itu. Terasa hangat. Putri Sedepa pun semakin penasaran darimanakan asal air ini? pikirnya, ia mencoba menuju hulu aliran air itu, dan tanpa sadar telah meninggalkan beronang berisi makanan itu di tengah jalan. Ia terus berjalan menyusuri asal aliran tersebut, semakin lama semakin jauh.
             Akhirnya, sampailah Putri Sedepa di tempat air itu berasal, dan ia begitu terkejut dan terpukau. Ternyata, air yang hangat itu berasal dari sebuah kolam yang dikelilingi batu-batu alam yang begitu mengagumkan. Tak jauh dari kolam itu terdapat sungai yang sangat jernih, dari kejauhan ia pun mendengar deburan air terjun. Hutan ini benar-benar indah.
“Wahai, Dewata Agung...betapa indahnya kau ciptakan tempat ini!” bisik Putri Sedepa dengan sangat riangnya. Tanpa berpikir panjang lagi, Putri Sedepa pun langsung menuju kolam air hangat itu, pertama ia ayunkan tangannya di permukaan air itu, kemudian ia celupkan ke dua kakinya di kolam itu, hangat! Ia tersenyum senang, akhirnya Putri Sedepa kembali pada kebiasaannya yang dulu, ia terus asyik bermain air tanpa menghiraukan waktu yang terus beranjak siang.
            Sementara itu, di bawah pohon ditepi kebunnya, Pangeran Sakti terus menunggu kedatangan istrinya. Dahaga terus menggoda tenggorokannya, lapar terus menyapa lambungnya. Pangeran Sakti terus menatap ke arah jalan setapak di balik pohon durian di ujung kebun yang baru dibukanya, berharap istrinya hanya terlambat datang. Namun, waktu demi waktu terus berlalu, tak juga ia bertemu paras istrinya yang cantik jelita. Dahaga terus menyerang, pandangan pun menjadi berkunang-kunang. “Oh..andaikan kehidupan manusia seperti kehidupan dewata!” gumam Pangeran Sakti, dan tanpa sadar ia memandang ke arah Timur laut kebunnya, ke arah Bukit Kaba yang menjadi gerbang masuk ke dunia dewata. Tiba-tiba muncul dalam benaknya, apakah telah terjadi sesuatu dengan Putri Sedepa? Dengan panik, ia berdiri dengan lemahnya akibat lelah, dahaga dan lapar yang tidak terkira, ia mencoba untuk berlari. Begitu khawatirnya Pangeran Sakti dengan kondisi Putri Sedepa.
            Sesampainya di tengah hutan, kekhawatiran Pangeran Sakti semakin menjadi-jadi, ketika dilihatnya beronang Putri Sedepa yang tergeletak dikerumuni burung-burung dan binatang hutan lainnya. Ia yakin bahwa itu adalah beronang Putri Sedepa, karena Putri Sedepa sendirilah yang mengayam beronang itu dengan memberi tanda di ujung dekat talinya. Perasaan panik dan cemas semakin merayapi Pangeran Sakti, dengan serabutan ia berlari ke seluruh penjuru hutan sambil meneriakkan nama Putri Sedepa.
            Di tempat yang lain, terlihat Putri Sedepa tengah asyik masyuk bermain air, ia berenang ke sana kemari, melompat dari kolam air hangat menuju dinginya air sungai, begitu terus menerus. Tak didengarnya lagi gema panggilan Pangeran Sakti yang menyebut namanya.
            Di sisi lain hutan, Pangeran sakti terus berlari mencari istrinya sambil menyeret beronang yang ia temukan di hutan. Hari telah beranjak petang. Tak lama kemudian sampailah Pangeran sakti di tepi sungai yang berseberangan dengan kolam air hangat yang sedang dinikmati Putri Sedepa, tiba-tiba matanya tertumpu pada sosok yang timbul tenggelam di tengah kolam itu, seorang perempuan berambut sangat panjang tengah asyik bermain di tengah kolam dengan wajah yang tak lepas dari  gelak tawanya. Sadarlah Pangeran sakti  siapa gerangan perempuan tersebut. Perasaan khawatir yang tadi begitu menghantui Pangeran sakti berubah menjadi perasaan marah yang meluap-luap tak terkendali.
“Putri Sedepa!” panggilnya dengan lantang.
Mendengar namanya dipanggil oleh suara yang begitu dikenalnya, tiba-tiba Putri Sedepa seperti disadarkan, “Kanda...!” bisiknya takut, ketika melihat wajah suaminya yang berubah menjadi merah menyala. Ia berlari menyongsong kedatangan suaminya.
“Berhenti di situ!” bentak Pangeran sakti lebih keras lagi. Putri sedepa berhenti di satu sisi sungai lainnya, ia memandang wajah suaminya dengan takut, lalu pandangannya beralih ke tangan suaminya yang memegang sesuatu, oh...tidak! Ia baru tersadar harusnya ia mengantar makan siang untuk suaminya, sudah berapa lamakan ia berasyik masyuk bermain di kolam itu.”Kanda maafkan aku!” pintanya sambil tersedu. Pangeran Sakti tak memiliki ampun untuk Putri Sedepa, ia merasa telah dilalaikan oleh istrinya sendiri. Kelalaian Putri sedepa tak bisa ia maafkan. Sambil melemparkan beronang itu ke arah Putri Sedepa, Pangeran sakti berkata’” Putri, kau telah lancang dan melalaikan suamimu. Tidak tahukan engkau, bahwa suamimu telah bekerja keras demi kehidupan kita nanti, tidak tahukan kamu, berapa lama suamimu menahan dahaga dan lapar yang tak terperi, tidak tahukah kamu, betapa khawatirnya perasaanku begitu melihat beronangmu tergeletak berserak di tengah hutan, tidak tahukan kamu, betapa suamimu sangat mencemaskan keberadaanmu. Sungguh sangat kusesali telah kubangun perasaan itu, sedangkan kau tengah berasyik masyuk menyalurkan kesenanganmu di tengah hutan ini. Benar kata Dewata Agung, aku takkan sanggup menjadi manusia, aku takkan sanggup bersama manusia, manusia itu egois, asyik dengan dirinya sendiri, lalai dan selalu lupa. Putri, kau telah menghancurkan harapanku untuk terus hidup bersamamu!”
”Tidak, Kanda...hamba mohon maafkanlah hamba..hamba telah lalai!” Jerit Putri Sedepa sambil menangis.
” Wahai Dewata Agung, hamba mohon ampunkan hamba, hamba benar-benar telah menyesal, hamba mohon izinkan hamba untuk kembali ke kerajaan langit!” Pinta Pangeran sakti sambil duduk bersimpuh dengan menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada.
             Tak lama kemudian terdengar suara menggelegar yang disertai angin puyuh yang teramat kencang,” Pangeran Sakti, permintaanmu aku kabulkan. kau memang lebih diperlukan di kerajaan langit!” seiring dengan menghilangnya suara tadi, Pangeran Sakti pun menghilang dari hadapan Putri Sedepa.” Tidaaaaaak.... Kanda, hamba mohon kembalilah!” teriak Putri Sedepa memanggil Pangeran Sakti. Putri sedepa betul-betul menyesali kelalaiannya. Sepanjang malam ia terus memohon kepada Dewata Agung untuk mempertemukannya dengan Pangeran Sakti. Tapi sayang, hingga pagi menjelang Pangeran sakti tak muncul-muncul di hadapan.
            Putri Sedepa pun berlari ke tempat yang paling tinggi di hutan itu,  sambil duduk bersimpuh menghadap kearah bukit kaba sebagai gerbang kerajaan langit, ia terus meratap dan memohon untuk dipertemukan dengan suaminya. Hari demi hari, minggu demi minggu, terbilang bulan ia lalui, terus menangis memohon maaf kepada suaminya, hingga pada saat purnama ke tujuh Putri Sedepa menghilang, dan ditempatnya duduk bersimpuh muncullah sebuah batu yang terus mengeluarkan air. Konon Putri Sedepa berupa menjadi batu, walaupun begitu ia terus menangis.


TAMAT

Jumat, 11 September 2009


PROSES PEREKRUTAN DAN PENGANGKATAN
SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) PENDIDIKAN
Oleh: Ardesi Yulianita, M.PD

“Man Behind the Gun” adalah salah satu ungkapan yang sering digunakan untuk menyatakan bahwa setiap akibat yang terjadi pasti ada pemicunya, dan salah satu pemicu yang paling berperan dalam hal ini adalah manusia. Manusia sebagai salah satu sumber daya dalam organisasi mempunyai peran yang sangat penting berkaitan dengan berhasil tidaknya suatu organisasi untuk bertahan dan berkembang.
Salah satu upaya manajerial organisasi dalam menentukan sumber daya manusianya (SDM) adalah melalui perekrutan yang telah direncanakan. Menurut Sofa (2008) dalam kegiatan pengadaan pegawai harus dilihat apakah ada formasi yang lowong, di samping itu perlu juga dilihat kebutuhan sumber daya manusia, banyaknya kebutuhan dan jenisnya pekerjaan. Setelah pasti ada formasi yang lowong, maka baru diadakan serangkaian kegiatan untuk menjaring pegawai yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing unit beserta kualifikasinya. Sedangkan perekrutan merupakan proses penarikan sejumlah calon yang memiliki potensi untuk ditarik menjadi pegawai yang dilakukan melalui berbagai macam kegiatan.
Sofa(2008) menegaskan kembali bahwa dalam rangka menentukan jumlah dan kualitas pegawai yang diperlukan oleh suatu unit organisasi, harus ditetapkan oleh seorang pejabat yang berwenang dalam jangka waktu tertentu berdasarkan jenis, sifat dan beban kerja yang harus dilaksanakan, dengan tujuan agar unit organisasi itu mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan tepat pada waktunya.
Perekrutan SDM tentu saja tidak terlepas dari pengelolaan manajemen suatu perusahaan. Salah satu bentuk dari pengelolaan tersebut adalah manajemen tenaga kerja (SDM) yang mencakup: (1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, (7) penilaian pegawai. Menurut Mulyasa (Susilo, 2007:56) semua langkah tersebut harus dilakukan dengan benar agar apa yang diharapkan organisasi dapat tercapai, yakni tersedianya tenaga kerja yang diperlukan dengan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai serta dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan berkualitas.
Tidak jauh berbeda dengan perekrutan SDM yang dilakukan di bidang pendidikan, baik pemerintah maupun sekolah telah mempersiapkan tahap-tahap tertentu dalam proses perekrutan tersebut. Bahkan, pada era tahun 1960-an, profesi guru khususnya, menjadi suatu profesi yang banyak diminati sehingga perekrutannya pun menjadi relatif lebih ketat. Itulah sebabnya untuk dapat diterima dan mengikuti pendidikan di lembaga pendidikan guru haruslah para lulusan terbaik dari sekolah menengah (rangking 1-3).
Isfoni ( Siahaan, 2006:103) mengatakan bahwa pada era 1960-an pendidikan Indonesia sangatlah bermutu karena memang diasuh oleh guru-guru yang bermutu. Pendapat Isfoni tersebut didasarkan pada beberapa keadaan empirik pada era tersebut, antara lain:
1. Lembaga pendidikan guru menerima siswa yang mendapat dominasi atau rangking tertinggi di sekolahnya.
2. Selama mengikuti pendidikan guru, para siswa memperoleh beasiswa.
3. Para siswa pendidikan guru diasramakan sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan berbagai sumber belajar.
4. Adanya ikatan dinas setelah menempuh pendidikan.
Beberapa keadaan tersebut merupakan salah satu cara perekrutan tenaga pendidik yang dilakukan oleh pemerintah pada era tersebut. Artinya pemerintah melakukan proses perekrutan berdasarkan mutu yang dimiliki calon pegawai. Bagaimanapun bentuk proses perekrutan di suatu tempat/organisasi tidaklah terlepas dari tujuan organisasi itu sendiri.
I. Proses Perekrutan SDM Pendidikan
Rekrutmen merupakan serangkaian aktivitas untuk mencari dan memikat pelamar kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang diperlukan guna menutupi kekurangan yang diidentifikasi dalam perencanaan kepegawaian (Simamora, 2006:170). Seperti halnya perekrutan tenaga pendidikan yang dilakukan pemerintah di tahun 60-an dengan memikat pelamar kerja (calon siswa lembaga pendidikan) dengan ikatan dinas dan beasiswa, mencari keahlian yang diperlukan dengan proses penyeleksian siswa lembaga pendidikan tersebut yang ditentukan berdasarkan peringkat di sekolah sebelumnya, dan fasilitas lainnya. Sehingga pada tahun 1960-an, Indonesia memiliki guru-guru yang bermutu, bahkan guru-guru Indonesia pun telah “dipesan” sebelum menamatkan pendidikannya oleh Malaysia, terlebih lagi negara-negara tetangga tersebut menjadikan Indonesia sebagai kiblat pendidikan dan kesehatan. Tapi bagaimana dengan kondisi sekarang? Masihkan kita terlena dengan euforia masa lalu?
Pada dasarnya proses perekrutan di setiap organisasi, baik itu organisasi pendidikan maupun non pendidikan didasarkan pada tujuan organisasi itu sendiri. SDM seperti apakah yang akan direkrut oleh lembaga tersebut?, SDM seperti apakah yang pantas untuk mengisi kekosongan posisi yang disebabkan oleh pertumbuhan, perubahan struktur dan fungsi sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan?. Sumber Daya Manusia (SDM) sebuah lembaga/organisasi menurut Simamora (2006:170) merupakan sumber daya yang paling penting dan hanya akan dapat diperoleh melalui upaya rekrutmen yang efektif. Artinya SDM didalam suatu organisasi sangat menentukan sukses tidaknya organisasi tersebut, untuk itu proses perekrutan yang dilakukan pun harus melalui perencanaan yang matang.
Menurut Simamora(2006:179), keberhasilan proses rekrutmen ditentukan oleh tiga kondisi, yakni harus ada sebuah media komunikasi yang lazim (co: iklan lowongan kerja), pelamar memandang adanya kecocokan antara karakteristik pribadinya dan persyaratan organisasi (mis, kondisi tempat kerja dan pola kerja yang ditawarkan), dan pelamar mestilah termotivasi untuk melamar (mis,kompensasi yang akan didapatkan). Proses rekrutmen itu sendiri terdiri dari:
1. Perencanaan rekrutmen (surat permintaan karyawan baru, rasio hasil, deskripsi pekerjaan, spesifikasi pekerjaan)
Proses perencanaan rekrutmen bermula dari spesifikasi yang jelas dari kebutuhan SDM (jumlah, bauran keahlian, tingkat) dan tenggat waktu pemenuhan kebutuhan tersebut. Misalnya suatu sekolah membutuhkan guru matematika, maka sekolah tersebut harus merencanakan, berapa jumlah yang dibutuhkan, kapan harus dipenuhi kebutuhan tersebut. Untuk melakukan hal tersebut, 3 hal yang menjadi parameter kunci yang harus diingat yaitu: waktu, dana , dan staf yang diperlukan untuk pengangkatan..
2. Strategi rekrutmen ( di mana, bagaimana, dan kapan memikat calon pelamar)
Setelah lembaga pendidikan mengidentifikasi berapa banyak orang yang perlu direkrut, strategi khusus perlu disusun untuk mengidentifikasi bagaimana karyawan akan direkrut, darimana sumbernya, dan kapan harus direkrut. Penentuan tempat perekrutan biasanya didasarkan pada dua pertimbangan. Pertama, organisasi dalam hal ini lembaga pendidikan haruslah mengidentifikasi tempat pasar tenaga kerja utama di mana calon pendidik yang potensial dapat diperoleh. Kedua, lembaga pendidikan harus menganalisis tenaga kerjanya sendiri dan mengidentifikasi sumber karyawan terbaiknya(Simamora:2006:181).
Komponen utama dari strategi rekrutmen organisasi adalah rencana pemikatan pelamar. Organisasi kadang-kadang menemui kesulitan dalam memikat orang-orang yang diinginkan, khususnya tenaga pendidik yang kompeten di bidangnya, contohnya sekolah di pelosok dan sekolah swasta yang tidak potensial. Untuk itu, organisasi perlu memperkuat upaya rekruitmennya dengan cara menentukan daya tarik apa yang harus ditawarkan, misalnya dengan memberikan gambaran tentang posisi yang ditawarkan, baik itu dari sisi positif (kompensasi dan fasilitas lain) dan dari posisi negatif (pola kerja, kelemahan lembaga dan sebagainya)
3. Sumber rekrutmen ( internal, eksternal, pengaruh pasar tenaga kerja)
Ada dua sumber utama rekrutmen yang dapat digunakan yaitu:
a. Sumber internal berkenaan dengan tenaga yang ada saat ini di dalam organisasi.
b. Sumber eksternal adalah individu yang saat ini tidak dikaryakan oleh organisasi.
Apakah perusahaan akan memilih ke dalam atau ke luar untuk para pelamar kerja tergantung dari beberapa faktor, termasuk ketersediaan orang-orang yang kompeten di kedua sumber tersebut, kondisi perekonomian, rencana organisasi (visi dan misi lembaga pendidikan), dan biaya relatif. Di dalam lembaga pendidikan, dalam hal ini sekolah seringkali memanfaatkan dua alternatif ini, sumber internal digunakan ketika sekolah membutuhkan tenaga pendidik untuk bidang studi tertentu dengan segera, maka pihak sekolah akan memanfaatkan tenaga pendidik yang serumpun dengan bidang studi yang diminta, misal sosiologi dan antropologi. Sedangkan sumber ekdternal menjadi alternatif berikutnya ketika tenaga pendidik yang dibutuhkan benar-benar tidak dapat dicari lagi di sumber internal.
4. Penyaringan (Menyisihkan yang tidak sesuai)
Setelah berbagai lamaran kerja diterima, lamaran tersebut haruslah disaring guna menyisihkan pelamar-pelamar yang tidak memenuhi syarat. Kendati demikian, organisasi perlu memperhatikan bahwa jangan sampai individu didiskulifikasi karena alasan yang tidak tepat. Aladan diskualifikasi harus merupakan kulifikasi calon pendidik yang melamar didiskuslifikasi karena jurusan yang tidak tepat, nilai yang kurang memuaskan, tidak meiliki akta IV atau belum memiliki pengalaman mengajar.
5. Kumpulan pelamar ( pengolahan informasi, pemberitahuan kepada pelamar).
Kumpulan pelamar terdiri atas indivisu-indivisu yang telah menunjukkan minat dalam mengejar lowongan, merupakan kandidat yang laik untuk posisi tersebut, atau pelamar yang memenuhi syarat lowongan. Setelah itu, organisasi harus mngolah informasi dan mengorganisasikannya sehingga informasi siap diperiksa. Jikalau keputusan seleksi segera ridak diantisipasi, organisasi haruslah menginformasikan kepada pelamar mengenai status lamarannya.
Selain proses rekrutmen di atas, dalam administrasi kepegawaian pemerintahan (karena biasanya perekrutan guru dilakukan melalui jalur tes CPNS) Sofa (2008) memaparkan hal-hal sebagai berikut:
II. Perencanaan dan Rekrutmen
Salah satu fungsi Kepegawaian adalah pengadaan pegawai. Dalam kegiatan pengadaan pegawai ini harus dilihat apakah ada formasi yang lowong, di samping itu perlu pula dilihat kebutuhan sumber daya manusia, banyaknya kebutuhan dan jenisnya pekerjaan. Setelah pasti ada formasi yang lowong, maka baru diadakan serangkaian kegiatan untuk menjaring pegawai yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing unit beserta kualifikasinya. Sedangkan perekrutan merupakan proses penarikan sejumlah calon yang memiliki potensi untuk ditarik menjadi pegawai yang dilakukan melalui berbagai macam kegiatan. Perekrutan yang efektif secara konseptual memiliki beberapa hambatan yang dapat bersumber dari kebijakan organisasi maupun dari perencanaan sumber daya manusia. Dalam ketentuan perundang-undangan Kepegawaian Negara terdapat ketentuan yang mengatur formasi yaitu Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2003 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil.
Dalam rangka menentukan jumlah dan kualitas pegawai yang diperlukan oleh suatu unit organisasi, harus ditetapkan oleh seorang pejabat yang berwenang dalam jangka waktu tertentu berdasarkan jenis, sifat dan beban kerja yang harus dilaksanakan, dengan tujuan agar unit organisasi itu mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan tepat pada waktunya.
III. Seleksi, Orientasi, dan Pengangkatan
Kegiatan seleksi tidak hanya merupakan proses pemilihan pegawai dari sekian banyak pelamar yang dijaring melalui proses perekrutan, tetapi juga proses pemilihan calon pegawai terhadap organisasi yang akan dimasuki. Pegawai yang telah lolos seleksi akan diprioritaskan untuk mengikuti kegiatan orientasi sebelum yang bersangkutan ditempatkan dan mulai bekerja. Orientasi sangat penting terutama bagi pegawai baru. Hal ini dikarenakan apa yang diperoleh pertama kali seseorang memasuki dunia kerja akan berkesan lama, dan ini akan mempengaruhi pegawai tersebut. Orientasi merupakan upaya untuk mensosialisasikan nilai-nilai organisasi, pekerjaan, dan rekan-rekan pada pegawai baru, yang dilakukan melalui sebuah program formal maupun informal. Bagi pegawai lama yang akan menduduki jabatan baru, orientasi juga perlu. Mereka dapat belajar terlebih dahulu tanggung jawab yang akan dikerjakannya.
IV. Simpulan
Proses rekrutmen dari setiap organisasi haruslah melalui proses perencaaan yang matang serta disesuai dengan visi dan misi organisasi. Dalam proses perekrutan yang meliputi, perencanaan, strategi perekrutan, sumber perekrutan SDM, penyaringan, dan pengorganisasian kumpulan pelamar, tidak terlepas dari 3 kunci utama, yaitu:waktu, dana, staf yang melakukan kegiatan tersebut.
Tidak jauh berbeda dengan proses perekrutan yang secara umum, perekrutan tenaga pendidik di Indonesia yang cenderung melalui tes CPNS pun menggunakan langkah-langkah tersebut. Artinya proses perekrutan yang dilakukan oleh suatu organisasi itu menentukan SDM yang akan dipekerjakan di dalam organisasi tersebut.Hal itu tentu berdampak pada peningkatan mutu organisasi tersebut.
V. Saran
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan perekrutan dibidang pendidikan mempunyai makna sangat positif, untuk mendorong peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, dalam konteks Indonesia, agenda pendidikan yang amat strategis di masa depan adalah mengupayakan perekrutan tenaga pendidik yang kompeten.
REFERENSI
Siahaan, Sudirman. 2006. Mengapa Harus Menjadi Guru. Jurnal Teknodik, No. 19/X/Teknodik/Des/2006. Hal. 103.
Simamora, Henry. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. STIE YKPN: Jakarta.
Sofa.H. 2007. Adminstrasi Kepegawaian I. http://massofa.wordpress.com/2008/21/22 pengertian-& ruang-lingkup-administrasi-kepegawaian. 1 April 2008.

Susilo, M. Joko. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.



Kamis, 10 September 2009

Keluarga sebagai Pilar Pembangunan Bangsa

NASKAH PIDATO DALAM RANGKA MILADIYAH AISYIYAH


Yth. Ibu Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Kabupaten Rejang Lebong
Yth Pimpinan Daerah Nasyiatul ‘Aisyiyah Kabupaten Rejang Lebong
Yth. Dewan Juri Lomba Pidato
Serta para undangan dan peserta lomba pidato yang berbahagia
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahi rabbil’alamin, wa bihi nasta’iinu’alaa umuuriddunya waddiin, wash shalatu was salamu’alaa asyrafil anbiya iwal mursalin, wa’alaa aalihi wa ash-habihi ajmai’in, amma ba’du:
Marilah kita sampaikan puji dan syukur kehadirat illahi Rabbi yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayahNya juga kesehatan dan kesempatan kepada kita sehingga dapat melaksanakan serta mengikuti lomba pidato dalam rangka miladiyah Aisyiyah yang ke ...... dengan tema Penguatan Keluarga sebagai Pilar Pembangunan Bangsa di Aula Panti Asuhan Aisyiyah yang kita cintai ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah menempatkan manusia begitu terhormat dan membawa cahaya kebenaran yang terang benderang seperti yang kita rasakan saat ini.

Dewan Juri dan peserta lomba pidato yang saya hormati,
Perlu diketahui bahwa kualitas suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat. Keluarga juga diyakini sebagai wadah pertama dan utama dalam pembentukan kepribadian manusia. Karena dalam keluarga terdapat rangkaian interaksi sosial yang terkait dengan peran dan fungsi keluarga seperti fungsi keagamaan, budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi, pendidikan, ekonomi dan pembinaan lingkungan.Untuk itu perlu penguatan dan pembentengan keluarga-keluarga tersebut melalui pendidikan agama, budi pekerti, dan sikap mental yang dimulai dari keluarga. Karena itu tatanan moral, akhlak, budi luhur dan rasa hormat harus dikuatkan dalam keluarga, sebagai dasar agar keluarga tersebut menjadi keluarga beradab dan berkualitas. Tanpa tatanan moral, akhlak, budi luhur dan rasa hormat yang dimulai dari setiap keluarga melalui pendidikan agama dan keteladanan, maka tatanan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara akan rapuh. Keluarga disebut beradab, apabila memiliki moral, akhlak, etika dan budi luhur untuk mencapai keluarga berkualitas.

Dewan juri yang saya hormati,
Untuk membangun keluarga berkualitas, maka dalam praktek sehari-hari kita hendaknya untuk lebih memberikan perhatian terhadap peran dan fungsi masing-masing anggota keluarga dalam suasana komunikasi dan interaksi yang harmonis yang pada akhirnya akan memberikan ketahanan keluarga yang lebih baik.Untuk itu, setiap keluarga perlu mewujudkan suasana budaya “dialog” yang lebih terbuka baik diantara anggota keluarga maupun dengan masyarakat di lingkungannya. Dengan keterbukaan yang didasari dengan rasa saling mengasihi dan saling pengertian sesama keluarga dan sesama warga bangsa, akan dapat melahirkan keluarga dan masyarakat yang berkepribadian dan bermoral tinggi dengan tidak meninggalkan nilai-nilai sosial budaya bangsa Indonesia, sebagai pilar pembangunan bangsa. Jika keluarga berkualitas maka bangsa pun akan bermartabat, artinya bangsa itu mempunyai kehormatan dan harga diri berhadapan dengan bangsa-bangsa yang lain.
Bapak, Ibu Undangan dan peserta yang berbahagia,
Ada beberapa upaya yang dapat kita lakukan dalam rangka penguatan keluarga sebagai pilar pembangunan bangsa, yang pertama melalui pendidikan. Rasulullah SAW pernah bersabda:Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wa Jalla. Sedang mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan pemiliknya dalam kedudukan yang terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat (Hadist Riwayat Ar-Rabii’). . Artinya, kalau kita menginginkan bangsa kita bangkit dan bermartabat, maka rahasianya adalah rumah tangganya dulu yang harus bermartabat, bagaimana membentuk keluarga bermartabat? yaitu melalui pendidikan yang berkualitas. Dengan berkualitasnya pendidikan yang diperoleh setiap anggota keluarga, tentu memberi nilai tambah atas segala bidang, termasuk pengetahuan kesehatan, agama, usaha, bekerja, dan sebagainya. Karena itu penting bagi kita menata pola dan sistem pendidikan yang baik di rumah tangga kita sendiri. Jika sejak awal pola pendidikan di rumah tertata baik, maka menjadi modal untuk tercapainya profesi-profesi sebagai pedagang, politikus, dosen, peneliti, arsitek, tentara, atau apapun. Tergantung pilihannya. Kalau kita menginginkan bangsa kita bangkit dan bermartabat, maka rahasianya adalah keluarganya dulu yang harus bermartabat. Seperti disebutkan dalam Al Quran ditegaskan quu anfusakum wa akhlikum naaro; Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Ini artinya, yang menjadi prioritas seharusnya adalah menjaga diri dan keluarga. Artinya kalau kita ingin berbuat sesuatu, sesudah kita memperbaiki diri selamatkan keluarga. mengambil pelajaran hanyalah orang-orang yang berakal.
Dewan Juri yang saya hormati,
Sosiolog Peter Berger dalam bukunya Pyramids of Scarfice, menyatkan bahwa cinta kasihlah satu-satunya motif yang paling dapat dipercaya bagi tindakan apapun untuk mengubah dunia kearah yang lebih baik. Maka, upaya kedua yang dapat kita lakukan dalam penguatan keluarga sebagai pilar pembangunan bangsa adalah menciptakan dan memelihara rasa cinta, kasih dan sayang dalam keluarga. Rasulullah SAW mengatakan dalam hadist riwayat Al-Hakim, “ Engkau tak mungkin bisa memenuhi semua orang dengan hartamu. Karenanya cukupilah dengan wajahmu yang riang dan watak yang baik”. Artinya, rasa cinta, kasih dan saying yang tulus dari setiap anggota keluarga akan mampu untuk melahirkan jiwa-jiwa yang berwatak baik. Dengan watak yang baik, akan melahirkan jiwa-jiwa berkualitas sehingga mampu untuk mengakat harkat dan martabat diri, keluarga dan bangsa kea rah yang lebih baik lagi.
Dewan juri, para undangan dan peserta lomba yang berbahagia
Keluarga yang berilmu akan mampu untuk mengangkat harkat dan martabat bangsanya, keluarga yang berilmu akan menjadi pilar pembangunan bagi bangsanya di segala bidang. Karena dengan semakin banyak terwujudnya keluarga berkualitas akan menciptakan bangsa yang bermartabat. Jika keluarga memiliki ketahanan, dalam arti sejahtera lahir dan batin maka keluarga itu akan menjadi pilar pembangunan bangsa. Allah SWT berfirman dalam surat Az-Zumar: 9: Katakanlah (wahai Muhammad), “Apakah sama orang-orang yang berpengetahuan dengan orang yang tidak berpengetahuan?” Sesungguhnya yang mampu mengambil pelajaran hanyalah orang-orang yang berakal.
Demikian isi pidato singkat saya, lebih dan kurang saya mohon maaf, kepada Allah saya mohon ampun. Albirru Manittaqo. Wabillahitaufiq walhidayah, wassalamualaikum wr.wb.
langkah awal untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Kerjasama dan ketekunan serta bimbingan dari dosen-dosen yang paling sabar, menyebabkan kami menjadi manusia baru kembali!